Komunikasi Politik


Dampak Menonton Acara Televisi Bagi Anak-Anak Menurut Teori Kultivasi

Teori kultivasi adalah teori komunikasi yang memusatkan perhatiannya pada media massa khususnya televisi. Televisi merupakan sarana, media atau alat utama masyarakat untuk belajar tentang dunia, orang-orangnya, kultur lingkungan dan sebagainya.

Teori kultivasi berasumsi bahwa televisi membentuk suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan kenyataan. Bagi pecandu berat televisi, mereka beranggapan bahwa apa yang ditayangkan di televisi adalah gambaran nyata kejadian yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Walaupun demikian perlu diketahui bahwa, tidak semua pecandu berat televisi dapat terkultivasi. Ada beberapa faktor yang juga menjadi penentu selain seberapa seringnya seseorang menonton televisi. Misalnya, tingkat pendidikan seseorang, penghasilan, jenis kelamin serta usia. Dalam tulisan ini akan membahas mengenai “dampak menonton televisi bagi anak-anak berdasarkan teori kultivasi”.

Di era teknologi sekarang ini, anak-anak merupakan pecandu berat televisi. Sebagian besar waktunya dihabiskan didepan benda yang berbentuk kubus ini. Jika dilihat dari beberapa faktor yang disebutkan diatas mengenai pecandu berat televisi yang mudah terkultivasi, anak-anak termasuk didalamnya. Bahkan menempati posisi yang paling tinggi. Kenapa?? Tingkat pendidikan anak-anak masih rendah (pendidikan dasar), belum berpenghasilan (kecuali artis cilik), dan usianya tentu masih belia. Mereka belum mampu membedakan dunia yang mereka lihat di televisi dengan dunia yang sebenarnya. Seorang anak kecil kebanyakan belum mengetahui apa itu akting, efek film, apa itu tipuan kamera, dan sebagainya. Bagi mereka, anak-anak ini, dunia yang terjadi diluar rumah adalah seperti apa yang ditayangkan di televisi, yang mereka lihat hampir setiap harinya.

Tanpa kita sadari, tayangan televisi telah banyak memberikan efek yang cukup besar bagi anak-anak. Apalagi belakangan ini, sangat banyak tayangan-tayangan ataupun program acara yang disiarkan di televisi tidak sesuai dengan fungsi media massa yang seharusnya mendidik, menghibur, serta memberikan kontrol sosial bagi khalayak khususnya anak-anak. Misalnya saja adegan kekerasan yang hampir ada disetiap film yang ditayangkan di televisi.

Di mata anak-anak, adegan kekerasan adalah hal yang sudah biasa dan itu akan tersimpan di alam bawah sadar mereka. Sehingga secara tidak langsung, mereka beranggapan bahwa kekerasan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Hal ini akan membuat mereka menjadi lebih agresif dan memiliki kecenderungan untuk memecahkan tiap persoalan yang mereka hadapi dengan tindak kekerasan terhadap orang lain.

Untuk itu, orang tua harus lebih cermat dalam mengawasi anak-anaknya dalam menonton televisi.  Karena tidak semua juga yang ditayangkan di televisi itu berdampak negatif, ada juga yang positif walaupun masih minim. Sehingga sangat dibutuhkan pengawasan orang tua dalam memilih program acara televisi yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan pola pikir dan jiwa anak. Jangan sekali-kali menjadikan televisi  sebagai “Electronic Babysitter”. Sebab, pertumbuhan jiwa anak-anak masih sangat labil dan mudah terpengaruh oleh apa yang mereka saksikan.


                                                                                              eka.yusfitasari@yahoo.com



2 komentar:

  1. PANDANGAN POLITIK MENGENAI KENAIKAN BBM


    Rencana pemerintah menaikkan harga BBM pada 1 April, belakangan ini membuat ketidakstabilan sosial terjadi pada masyarakat Indonesia. Berbagai unjuk rasa dan protes dari berbagai kalangan khususnya kalangan menengah ke bawah dan masyarakat tidak mampu, pedagang, buruh, nelayan hingga mahasiswa terus bergulir. Mereka menuturkan bahwa pihak yang paling dirugikan dari kenaikan BBM ini adalah rakyat kecil karena pemenuhan kebutuhan sehari-harinya akan semakin sulit.
    Kenaikan harga BBM di negeri ini nyaris selalu berdekatan dengan momentum politik, selalu diikuti dengan kebijakan pemerintah memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT), maupun Bantuan Langsung Sementara (BLSM) kepada rakyat, memberikan Bea Siswa kepada mahasiswa dan berbagai kebijakan konpensasi lainnya.
    Sekarang ini, mahasiswa dan masyarakat harus cerdas. Gejolak menaikkan harga BBM saat ini banyak dimanfaatkan oleh politikus untuk menarik simpati rakyat pada pemilu yang akan datang. Mereka seolah-olah peduli atas penderitaan rakyat. Padahal dibalik semua itu mereka memperalat dan membodohi rakyat.

    BalasHapus
  2. SIAPA YANG PANTAS MENJADI PENENTU PIMPINAN KPK


    Sekarang ini, sudah saatnya pemerintah dan DPR mengkaji ulang mekanisme penetapan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Peran dua pihak yang saat ini menjadi penentu pimpinan lembaga antikorupsi tersebut mulai terasa janggal karena keduanya masih menjadi bagian dari korupsi itu sendiri.
    Selain itu, DPR adalah lembaga yang tidak bisa obyektif, dan tidak punya kemampuan yang cukup untuk menjadi penentu pimpinan antikorupsi tersebut. Dalam menentukan pilihannya, DPR sama sekali tidak akan mendengar suara rakyat, maupun LSM. Mereka akan mempertimbangkan dan menentukan sendiri berdasarklan kepentingan politik masing-masing fraksi di DPR.

    bersambung............

    BalasHapus